Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1210
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Tidak ada yang menentang keputusan dari Ki Patih Mandaraka. Namun mereka terkejut dan ternganga namun juga kagum terhadap ketegasan dari Ki Patih Mandaraka. Mereka tidak mengira Ki Patih Mandaraka mengambil keputusan yang sesungguhnya diharapkan oleh hampir semua orang yang hadir.
Bahkan kemudian Garwa Selir berteriak-teriak mengumpat tak keruan. Kata-kata kasar dan kotor keluar dari mulutnya yang manis. Namun Ki Tumenggung Singaranu segera minta dua orang senopati wanita untuk mengamankan Garwa Selir. Dua orang senopati wanita itu pun segera tanggap. Bahkan Raden Mas Rangsang kemudian berbisik kepada dua orang senopati itu. Dua orang senopati wanita itu pun tanggap pula.
Namun demikian Garwa Selir meronta-ronta sambil berteriak-teriak. Bahkan menendang-nendang.
“Sinuhun Martapura putraku….. Sinuhuuuun…… tolong aku…..!”
Pakaian dan perhiasan yang serba indah dan mewah itu menjadi acak-acakan.
Namun dua orang senopati wanita itu adalah prajurit yang berilmu tinggi. Mereka dengan mudah mengatasi Garwa Selir yang tak berbekal ilmu olah kanuragan itu. Bahkan Ki Tumenggung Singaranu seperti yang dilakukan oleh Ki Tumenggung Mandurareja terhadap Pangeran Martapura sebelumnya. Ia pun kemudian menotok simpul syaraf Garwa Selir sehingga sesaat kemudian lemas tak berdaya. Dengan demikian tidak menimbulkan keributan.
Sedangkan Raden Mas Rangsang kemudian berbisik kepada Ki Tumenggung Singaranu.
Ki Tumenggung Singaranu segera paham maksud dari Raden Mas Rangsang. Ia kemudian memanggil Senopati Gagak Bangah dari kesatuan pasukan prajurit berkuda Gagak Ireng. Pasukan Gagak Ireng adalah bentukan Panembahan Senopati sejak awal berdirinya Mataram. Dan kini menjadi pasukan andalan Raden Mas Rangsang.
Dengan tepukan tangan dengan irama tertentu, senopati Gagak Bangah menyampaikan isyarat kepada pasukannya yang hampir semua hadir di pendapa keraton Mataram saat itu. Mereka pun segera berlarian menuju kandang kuda. Sedangkan Senopati Gagak Bangah bergegas menuju ke kereta perang.
Mereka yang hadir di pendapa itu heran dengan pergerakan dari beberapa prajurit yang berlari-lari kecil. Mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan. Yang mereka lihat tadi, dua orang senopati wanita yang kemudian dibantu oleh dua orang prajurit wanita membopong Garwa Selir lewat samping pendapa.
Yang kemudian mereka saksikan, Pangeran Martapura yang tidak berdaya dan telah dilucuti mahkotanya juga dibopong oleh empat orang prajurit. Ia kemudian dibawa mengikuti arah dibopongnya Garwa Selir.
Mereka yang hadir di pendapa keraton itu sungguh tidak mengira akan menyaksikan peristiwa yang di luar perkiraan mereka silih berganti. Bahkan sejak gugurnya Sinuhun Hanyakrawati di krapyak kandang kijang menjangan kemarin. Sedangkan tata upacara pemakaman belum selesai.
Mereka yang juga para adipati dan para pengiringnya masih menunggu apa yang akan terjadi. Mereka merasa beruntung bisa ikut hadir di pendapa keraton Mataram ini. Sedangkan kawula Mataram yang berada di luar pagar keraton tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Mereka sedianya akan menyaksikan kirab wisuda nata yang mungkin akan dilaksanakan sesudah wisuda. Mungkin juga kirab itu akan keliling alun-alun. Mereka pun ingin meyakinkan apakah benar Pangeran Martapura akan diwisuda dan kemudian kirab. Namun dari mulut ke mulut yang mereka dengar bahwa Pangeran Martapura telah diwisuda bahkan telah lenggah dampar kencana, tetapi kemudian dicopot oleh Ki Patih Mandaraka. Dari luar pagar pendapa keraton, mereka memang tidak melihat dan mendengar apa yang terjadi di siti hinggil. Pendapa keraton Mataram pun bergeremang bagai ribuan tawon gung yang dirusak sarangnya oleh burung bido. Mereka saling berbincang tentang peristiwa yang mereka saksikan yang silih berganti.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
