Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#326

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(326)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Pada sore harinya, Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi menanggapi secara sungguh-sungguh tawaran dari Sultan Hadiwijaya tersebut.
“Bagaimana Kakang, apakah akan kita sanggupi…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Jangan kita lewatkan, seandainya tanpa janji dengan hadiah Tanah Pati dan Alas Mentaok pun kita akan menyanggupi perintah Sultan. Apalagi ini dengan janji. Tanah Pati adalah tanah yang sudah mulai berkembang, wilayahnya pun cukup luas. Sedangkan Alas Mentaok adalah wilayah bekas kerajaan kuna yang bisa dihidupkan kembali. Di wilayah itu banyak sekali peninggalan candi-candi kuna pertanda wilayah itu pernah jaya di masa lalu.
Apakah Adi Pemanahan lupa akan wecan atau ramalan seorang ulama suci tentang tanah itu…..? Apakah Adi juga lupa dengan yang dikatakan oleh Kakang Ki Ageng Giring. Yang dikatakan oleh Kakang Ki Ageng Giring juga dari ulama yang sama…..?” Berkata Ki Juru Martani.
Ki Pemanahan merenung sejenak, ia memang pernah mendengar tentang wecan atau ramalan itu. Ramalan bahwa wilayah antara kali Opak dan kali Progo akan menjadi sebuah negeri yang besar dan kuat. Sedangkan Alas Mentaok memang berada di antara kedua sungai itu.
Demikian juga tentang kisah degan atau kelapa muda yang ia habiskan di pondok Ki Ageng Giring. Namun Ki Pemanahan tidak terlalu berharap bahwa itu akan terjadi pada dirinya atau anak keturunannya.
(Tentang Ki Ageng Giring akan kami ceritakan dalam kisah kilas balik dalam cerita ini).
“Jika demikian, perintah Dimas Sultan kita sanggupi saja…..!” Berkata Ki Pemanahan kemudian.
“Baik, aku setuju……! Aku akan mendukung sepenuhnya, namun bukan atas namaku…..! Sebaiknya yang menyanggupi adi berdua, Adi Penjawi dan Adi Pemanahan. Namun demikian harus didukung pula oleh pasukan yang kuat……!” Berkata Ki Juru Martani.
“Jika demikian, nanti malam kita akan menghadap Sultan kembali, kita tidak boleh terlambat. Terlebih setelah mendengar kabar dari prajurit sandi yang berada di Kudus…..!” Berkata Ki Penjawi.

Sementara itu, beberapa bregada prajurit dari beberapa kadipaten juga sudah berdatangan di Demak Jipang. Namun mereka juga mendengar bahwa Sultan Harya Penangsang masih berada di Kudus. Kabar yang mereka dengar, Sultan Harya Penangsang sedang menuntaskan ilmunya. Untuk beberapa waktu belum bisa kembali ke Demak Jipang. Meskipun demikian penghimpunan pasukan tidak boleh terhenti. Ki Patih Mentahun dan Pangeran Harya Mataram yang bertanggung jawab atas semua itu.
“Tidak sampai selapan hari lagi kita sudah harus menyerang Pajang. Pada saat itu Kanjeng Sultan tentu sudah tuntas menimba ilmu sehingga akan menjadi orang yang sakti mandraguna pilih tanding. Jaka Tingkir tidak mungkin akan mampu menandinginya…..!” Berkata Ki Patih Mentahun untuk membesarkan hati para senopati yang telah berkumpul.
Pasukan yang terhimpun di Demak Jipang memang sudah cukup banyak. Mereka dibuatkan barak di sisi utara Bengawan.
Selapan hari merupakan waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri. Menurut rencana dari Ki Patih Mentahun, pasukan ini yang akan menyerbu ke Pajang.
Para prajurit senang jika berperang melurug ke negeri lawan. Karena jika telah memenangkan perang, mereka seakan bebas menjarah apapun yang ada di negeri taklukkan tersebut. Bahkan para wanita pun akan menjadi barang jarahan bagi mereka. Dan di sepanjang perjalanan pulang pun mereka akan menjarah apa saja yang berharga bagi mereka.
Mereka akan menjadi kaya raya jika telah memenangkan perang.
Meskipun demikian, pasukan yang melurug harus benar-benar kuat, paling tidak jumlahnya dua kali lipat dari pasukan yang diserbu.
Para petinggi pasukan gabungan itu yakin bahwa Pajang tidak mungkin mampu menghimpun pasukan yang besar dan kuat. Karena mereka yakin bahwa pasukan dari Banten, Sunda Kelapa dan dari Cirebon tidak akan bergabung dengan pasukan Pajang. Para petinggi di negeri-negeri itu tahu bahwa Jaka Tingkir Hadiwijaya hanyalah anak menantu dari Sultan Trenggana, sedangkan Sultan Harya Penangsang adalah keturunan langsung dari Sultan Patah.
……………..
Bersambung……….
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *