Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(677)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Raden Pabelan paham maksud dari Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Baiklah Gusti Putri…..!” Bisik Raden Pabelan sambil lebih dekat ke Gusti Putri Sekar Kedaton.
Perbincangan menjadi semakin akrab karena Raden Pabelan memang pintar merangkai kata-kata yang kadang dibumbui dengan canda. Gusti Putri Sekar Kedaton senang dengan canda ria Raden Pabelan. Sehingga tanpa disadari mencubit lengan perjaka yang baru dikenalnya itu.
Sementara itu, di gardu penjagaan, abdi keputren yang muda bersungut-sungut karena abdi separuh baya tidak kunjung datang.
“Kalau manyun seperti itu tambah nggemeske – menggemaskan…..!” Goda prajurit jaga.
“Truuus…., kalau gemas kenapa…..?” Berkata abdi yang masih muda.
“Pinginnya aku kucir bibirnya yang mecucu itu…..!” Canda prajurit jaga.
“Nggak lucu….., nggak lucuu…..!” Sahut abdi yang masih muda itu. Namun ia justru tertawa.
“Coba kalau aku belum beristri, kau pasti sudah aku lamar…..!” Goda prajurit yang lain.
“Pasti aku tolak…..!” Sanggah abdi yang masih muda itu.
“Heee….., kau berani menolak lamaran seorang prajurit…..?” Berkata prajurit itu.
“Kan kau sudah beristri…..!” Canda abdi yang masih muda yang manis itu.
“Kan hanya seandainya…..!” Sanggah prajurit itu.
“Aku juga seandainya, lha wong tidak mungkin…..!” Gurau abdi yang masih muda namun manis itu.
“Jika gedang gorengnya tidak datang, wedang jahenya akan aku bawa kembali…..!” Canda abdi yang masih muda itu.
“Boleh dibawa kembali, tetapi teko dan cangkirnya ditinggal…..!” Canda prajurit jaga tak mau kalah.
“Termasuk yang sudah saya minum juga dibawa kembali…..!” Sahut prajurit yang lain.
Mereka pun tertawa gembira dalam canda.
“Waduuuh….., gayeng ngobrolnya…..!” Teriak abdi separuh baya yang telah tiba.
“Huuuuh….., hampir saya tinggal Bibi. Aku hampir dilamar Kakang prajurit ini……!” Canda abdi yang muda.
“Jangan mau….., lha aku yang sudah peyot maunya juga akan dilamar…..!” Abdi sepuh tak mau kalah.
“Nglamar jadi mertua Bi…..!” Sahut prajurit jaga.
Mereka memang sudah akrab bercanda ria sehingga tidak ada yang marah.
“Ini gedang gorengnya, mungkin tambah manis, lha wong tadi aku kempit…..!” Gurau abdi setengah baya.
“Tambah asem Bi…..!” Sahut prajurit jaga.
Abdi setengah baya itu senang karena usaha untuk mencegah para prajurit jaga itu tetap dan gardu penjagaan berhasil. Dengan demikian tidak mengetahui bahwa seorang perjaka telah masuk ke keputren. Bahkan abdi keputren yang masih muda itu pun tidak tahu juga. Demikian pula para abdi keputren yang lain.
Setelah beberapa saat bergurau di gardu penjagaan, akhirnya kedua orang abdi keputren tersebut akhirnya kembali ke keputren.
Namun abdi keputren setengah baya itu heran, karena teras belakang yang tadi untuk berbincang Gusti Putri Sekar Kedaton dan Raden Pabelan telah sepi.
“Apakah Raden Pabelan telah pulang…..?” Batin abdi keputren setengah baya itu.
Abdi keputren setengah baya itu kemudian batuk-batuk kecil untuk menarik perhatian Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Bibi….., kemari…..!” Panggil Gusti Putri Sekar Kedaton setelah tahu kedatangan abdi keputren setengah baya.
“Ooh maaf Gusti Putri…..!” Berkata abdi itu.
“Jangan sampai ada yang tahu…..! Pemuda itu akan menginap di pondokku…..!” Bisik Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Gustiii…..! Tidak semestinya itu terjadi, Gusti……!” Abdi setengah baya itu mengingatkan.
“Ssssttt…..! Hanya kau yang tahu, jika ada orang lain yang tahu pasti karena kamu….!” Bisik Gusti Putri Sekar Kedaton.
“Tetapi Gusti…., ini belum terlambat….!” Abdi keputren setengah baya itu masih mengingatkan.
“Sudahlah…..! Kau siapkan saja minuman hangat untuk kami berdua…..!” Perintah Gusti Putri Sekar Kedaton.
Abdi keputren setengah baya itu pun tidak berani membantah. Ia sendiri heran, mengapa Gusti Putri Sekar Kedaton berani menginapkan seorang lelaki yang baru dikenalnya.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.