Penerus Tran Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging-Part#146

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.

Sementara itu, anak panah dari berbagai penjuru menghujani pasukan Demak Bintara. Namun pasukan Demak Bintara segera memasang pasukan tameng yang disokong oleh para pemanah yang handal.
Kemudian terjadilah perang anak panah di berbagai medan pertempuran. Namun demikian, pasukan Demak Bintara tidak berani melewati area yang semula banyak duri kemarung yang bertebaran. Demikian pula pasukan Majapahit juga tidak berani melewati area yang telah ditebari dengan duri kemarung. Jika mereka melewati, mereka pun akan terkena jebakan yang dipasang oleh rekan-rekannya.

Senopati Adipati Bagelen segera memerintahkan pasukan berkuda untuk membuka jalan di berbagai medan pertempuran, terutama di ujung gelar.
Kuda-kuda dengan terompah kaki besi tak khawatir akan adanya duri-duri kemarung setajam apapun. Bahkan seluruh kuda yang ada dipergunakan untuk bertempur. Kini gelar pasukan Demak Bintara segera berubah menjadi pasukan berkuda namun tetap dengan gelar Garuda Nglayang. Namun demikian pasukan jalan kaki masih tetap diperlukan untuk menerobos celah yang sulit dilalui oleh kuda-kuda. Mereka juga memakai terompah yang dilapisi tapal kayu. Namun jumlah terompah tersebut memang tidak tersedia terlalu banyak.
Senopati Lo Bandang yang sakti mandraguna itu segera memimpin pasukan berkuda untuk menyerbu pasukan Majapahit. Di sisi lain Adipati Lasem yang sarat pengalaman juga memimpin pasukan berkuda yang besar jumlahnya.
Senopati Lo Bandang yang didampingi oleh para pemanah handal segera bisa melewati area yang penuh dengan jebakan duri kemarung. Maka mereka segera berloncatan turun dari kuda-kuda mereka dan mengikatnya di pepohonan. Mereka ingin bertempur langsung di atas tanah.
Kini pasukan yang dipimpin oleh senopati Lo Bandang telah berhadapan langsung dengan pasukan lawan yang dipimpin oleh senopati Lembu Seno. Pasukan yang dipimpin oleh senopati Lo Bandang adalah para prajurit pilihan dari berbagai kadipaten dari bang kulon.
Pasukan senopati Lembu Seno juga terdiri dari para prajurit Majapahit yang pilihan.
Dalam pertempuran jarak dekat, anak panah sudah tidak banyak berperan. Mereka kini bertempur secara berhadapan muka. Pedang, tombak dan pisau belati panjang banyak menjadi andalan mereka.
Dentang senjata beradu pun segera memecah keheningan hutan yang jarang tetumbuhannya itu.
Mereka tidak memilih lawan, ada yang bersenjatakan pedang, namun harus berhadapan dengan lawan yang bersenjatakan tombak. Ada pula yang bersenjatakan pisau belati panjang berhadapan dengan yang bersenjatakan pedang. Namun yang seru adalah mereka yang saling berhadapan dengan senjata sejenis.
Namun hampir setiap prajurit melengkapi dengan tameng pelindung.
Dengan demikian tak mudah bagi masing-masing untuk segera melukai lawan. Setiap sabetan atau tusukan senjata lawan lebih sering tertahan oleh tameng lawannya. Pertempuran masih terlihat berimbang dan belum banyak korban yang berjatuhan. Meski demikian, goresan-goresan kecil mulai melukai tubuh mereka. Darah mulai membasahi pakaian mereka, bahkan mulai pula menitik di rerumputan hutan.
Senopati Lo Bandang terkesiap ketika melihat beberapa prajuritnya terluka bahkan ada yang telah terkapar di tanah. Ia segera melihat seorang yang gagah tinggi besar sedang mengamuk dengan pedang di tangan. Ia segera menghampiri arena pertempuran yang tidak seimbang tersebut.
“Rupanya kau senopati di sayap ini….! Siapakah kau…..!” tegur sapa senopati Lo Bandang.
“Nama tidak penting dalam pertempuran seperti ini. Namun baiklah biar kau tahu, akulah senopati Lembu Sena…..!” kata orang yang gagah tinggi besar itu.
“Heeemmm……! pantas para prajuritku bergelimpangan tak mampu menghadapi seorang senopati yang telah kondang sejak lama……!” kata senopati Lo Bandang.
“Sepertinya kau juga seorang senopati dengan selempang di dada, siapa kau…?” tanya senopati Lembu Sena.
“Tak banyak orang yang mengenal namaku, Lo Bandang namaku…..!”
…………..
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Akibat peperangan yang pasti adalah darah yang tumpah membasahi tanah.”
(@SUN)

**Kunjungi stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *