Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1051

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1051
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.

Semakin sore para penonton bukannya semakin berkurang, tetapi semakin berjubel. Bahkan para undangan yang sebelumnya ikut pesta andrawina di pendapa kedaton. Kini sebagian besar ikut pula ke alun-alun. Mereka yang pagi hari belum menyaksikan di pendapa kedaton, kini menyempatkan diri menonton di alun-alun.

Beberapa kali para penjual minuman dan jajanan menambah jualan mereka. Walau mereka tidak sempat menyaksikan pertunjukan, namun dagangannya laris berlipat-lipat.
“Ni Madusari sungguh mendatangkan rezeki bagi kita….!” Seloroh seorang penjual jajanan.
“Nanti malem masih ada wayang semalam suntuk lho….!” Sahut kawannya.
“Ya…., rezeki kita masih akan mengalir….!” Sahut yang lain.
“Kabarnya dalangnya dari rombongan teledek ya…..?” Bertanya yang lain.
“Yaaa…..! Katanya dalang kondang di tempat asalnya…!” Sahut yang lain.
“Aku sudah pesen kacang lagi untuk diantar nanti petang…..!” Sahut penjual kacang rebus dan goreng sangan.
“Aku akan menyiapkan dia ekor kambing untuk nanti malam….!” Penjual sate ikut nimbrung walau siang itu belum berjualan.

“Berjualan lebih sore saja, ini banyak yang tidak pulang lho yang jaraknya jauh. Mereka pasti butuh makan berat seperti tongseng dan gule….!” Sahut penjual lainnya.
“Baiklah….! Aku pulang sekarang….!” Berkata penjual sate yang bergegas pulang untuk bersiap.
Para penjual minuman dan makanan sungguh ceria hari itu. Mereka percaya bahwa sang mempelai wanita, Ni Madusari sungguh mendatangkan rezeki hari ini dan untuk selanjutnya.
“Mangir bakalan makmur…..!” Berkata yang lain.
“Yaaa….. Mangir akan semakin makmur….!” Sahut yang lain.
Namun mereka berhenti berbincang ketika tak jauh dari mereka berada terlihat riuh di pojok tenggara.
“Heee mundur…. mundur….
mundur…, Kang Bewok ndadi…..!” Teriak salah seorang.

Yang terjadi memang seperti yang dikatakan tadi. Seorang penari kuda kepang ndadi – seperti kesurupan tak terkendali. Dia bertubuh kekar dan brewokan cukup lebat namun tidak rapi sehingga disebut si Bewok. Dia menari seakan mata terpejam dan menerobos ke luar arena. Banyak dari mereka terjerjang si Bewok hingga terjengkang. Beberapa dari yang terjengkang itu kemudian bangkit dan ikut menari mengikuti si Bewok. Terjadi keriuhan, karena si Bewok terus menerjang beberapa orang. Sedangkan ia sendiri sulit dikendalikan oleh sang pawang karena tubuhnya yang kekar.

Riuh namun menghibur karena kini si Bewok diikut oleh beberapa orang yang seakan tak sadar ikut menari. Para penonton di depan si Bewok berlarian menghindar agar tidak diterjang oleh si Bewok. Para penonton yang lain justru bersorak dan bertepuk tangan gembira. Karena dari beberapa penonton yang ikut menari itu tariannya kocak asal-asalan sehingga membuat gelak tawa. Kini arena di tempat itu menjadi semakin lebar karena banyak yang ikut menari. Tetapi beberapa dari mereka memang bukan penari yang sesungguhnya. Mereka ikut menari tanpa menyadarinya. Satu persatu mereka kemudian tumbang, tergeletak di arena.

“Biarkan mereka…, jangan diganggu. Nanti akan sadar sendiri….!” Teriakan salah seorang pawang.
Irama gamelan yang tadinya keras menghentak, kini semakin melambat dan melambat dan akhirnya berhenti.
Si Bewok pun berhenti menari, namun ia juga terkapar di rerumputan alun-alun dengan mata terpejam. Sang pawang sepertinya meniup-niup ubun-ubun si Bewok. Beberapa saat kemudian si Bewok tersadar dan perlahan berdiri. Penonton pun bertepuk tangan riuh. Dan beberapa saat kemudian, mereka yang tadi terkapar juga mulai bangkit berdiri. Tepuk tangan dan sorak sorai kembali riuh karena tidak ada yang cidera dari mereka.

Di sudut yang lain tak kalah riuhnya. Barongan Caplok juga keluar arena dengan mulutnya yang lebar menghentak-hentak seakan, akan memangsa orang. Moncong yang terbuat dari papan kayu itu beradu kuat sehingga menimbulkan suara yang kencang.
Para penonton pun berhamburan menjauh takut dicaplok Barongan Caplok.
………
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Exit mobile version