Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(515)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Beberapa saat mereka berbincang.
Utusan dari Bagelen itu lebih banyak bercerita tentang rencana Pajang yang sedang menghimpun kekuatan untuk dikirim ke bang wetan. Sedangkan Raden Mas Danang Sutawijaya lebih banyak bercerita tentang Mataram, khususnya Kotagede yang sedang membangun.
“Singgah-lah ke Kotagede setelah kembali dari Panjang…..!” Pintan Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Dengan senang hati…..! Semoga perjalanan kami ke Pajang dan kembalinya bisa berjalan lancar…..!” Jawab utusan dari Bagelen itu.
“Utusan dari Menoreh juga sudah menyatakan kesediaannya untuk singgah di Menoreh nantinya…..!” Imbuh dari Raden Mas Danang Sutawijaya.
Utusan dari Bagelen tersebut kemudian minta diri untuk melanjutkan perjalanan setelah beberapa saat berbincang.
Matahari memang telah condong ke barat, mereka pasti akan bermalam di perjalanan dan esok harinya baru menghadap Kanjeng Sultan.
Sementara itu, Raden Mas Danang Sutawijaya segera pula melaju kudanya untuk segera sampai di Kotagede. Ia akan segera mengabarkan bahwa rombongan gerobak akan segera tiba di Kotagede.
Yang berada di Kotagede segera menyiapkan tempat untuk menumpuk batu bata dan genteng.
“Berapa gerobak yang akan tiba, Raden……!” Bertanya seseorang yang sedang menyiapkan tempat itu.
“Ada tiga belas gerobak……!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Oooh….., banyak juga…..!” Berkata orang itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian pergi ke dapur di barak itu. Ia minta untuk disediakan makan siang bagi para tenaga yang mengantarkan batu bata dan genteng itu.
Para wanita di dapur itu pun segera menyiapkan-nya.
Sementara itu, perjalanan gerobak-gerobak pengangkut batu bata dan genteng berjalan dengan lancar. Jalan yang datar lebar dan rata tak mengalami hambatan di perjalanan.
Ujung paling belakang dari rombongan gerobak itu telah berbelok ke arah kanan di pertigaan Papringan.
Sementara itu ada lima orang penunggang kuda yang sempat melihat iring-iringan gerobak yang mengangkut batu bata itu. Namun mereka tak sempat mendahului karena gerobak-gerobak itu telah berbelok. Sedangkan mereka akan melanjutkan perjalanan ke arah timur.
“Tentu akan ada pembangunan besar-besaran dengan batu-bata sebanyak itu…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
“Mungkinkah itu pembangunan Mataram yang pernah kita dengar itu…..?” Bertanya yang lainnya.
“Mungkin sekali, karena kita sudah memasuki telatah hutan Alas Mentaok….!” Sahut yang lainnya pula.
“Jalan ke arah kanan itu adalah jalan baru. Dulu ketika aku melewati jalan ini, jalan itu belum ada…..!” Berkata seorang yang pernah melewati jalan itu.
“Perkiraan saya, Mataram memang sedang membangun sebuah permukiman serta jalan-jalan penghubung……!” Sahut yang lain lagi.
“Lihat…..! Jalan ke arah timur pun juga sudah lebar dan rata. Ketika aku lewat beberapa waktu yang lalu, jalan itu belum selebar dan serapi sekarang…..!” Berkata orang yang pernah melewati jalan itu.
“Apakah kita akan menyusul rombongan gerobak-gerobak itu…..?” Bertanya yang lain lagi.
“Belum perlu…..! Kita melanjutkan perjalanan dahulu. Besuk ketika kita kembali bisa saja kita sengaja singgah ke tempat itu. Kita masih perlu menginap untuk sampai ke Pajang…..!” Berkata pimpinan rombongan itu.
“Kita nanti bisa beristirahat di Prambanan dan kemudian bermalam di Sangkalputung……!” Lanjut pimpinan rombongan itu.
Mereka pun kemudian melanjutkan perjalanan. Jalan yang mereka lalui adalah jalan yang telah diperlebar dan diratakan.
“Dahulu, ketika menyeberangi hutan Tambakbaya itu harus dengan pengawalan dan bersama-sama untuk menghindari pembegalan yang sering terjadi. Namun sepertinya sekarang sudah tidak ada lagi……!” Berkata seorang yang sudah sering melewati jalan itu.
Mereka pun kagum karena jembatan Tambakbaya juga sudah diperlebar dan diperkokoh.
…………..
Bersambung………..
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.