Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(909)
Mataram.
Namun keduanya telah bertekad untuk melaksanakan perintah Kanjeng Adipati. Dua orang senopati dimintai tolong untuk memegang rambut Ki Rangga Keniten. Salah seorang juru pati akan memasukkan linggis ke dalam mulut Ki Rangga Keniten. Sedangkan prajurit juru pati yang lain akan menuangkan timah panas ke mulut Ki Rangga Keniten. Ki Rangga Keniten tak sempat berteriak atau mengumpat ketika sebatang linggis kecil masuk ke mulut Ki Rangga Keniten.
“Auuuh….. auuuh….. auuuh…..!” Hanya itu yang keluar dari mulut Ki Rangga Keniten.
Seketika itu juga salah seorang prajurit juru pati segera menuangkan timah panas ke mulut Ki Rangga Keniten.
Terlihat tubuh, kaki dan tangan Ki Rangga Keniten mencoba meronta-ronta, namun tak berdaya karena beberapa senopati memeganginya.
Namun Ki Rangga Keniten yang hampir tuntas ilmu kebalnya itu akhirnya terkulai dengan mulut sampai leher terbakar. Sudah tak terasa nafas dari hidungnya, sudah tak berdetak jantungnya. Ki Rangga Keniten pun telah tewas.
Mereka yang menjadi saksi atau bahkan menjadi pelaku pelaksanaan hukuman itu bergidik bulu kuduknya. Betapa tidak, Ki Rangga Keniten yang sakti mandraguna guna itu wajahnya sudah tak berbentuk lagi. Wajahnya mulai dari mulutnya telah hancur oleh panasnya timah panas. Bahkan kini wajah yang sudah tak berbentuk itu terlihat hitam terbakar. Sedang lelehan timah panas terlihat putih berkilau. Para senopati itu sesungguhnya menyayangkan itu semua sampai terjadi. Bagaimana pun Ki Rangga Keniten adalah sejawatnya yang berilmu tinggi. Namun para senopati itu memahami alasan dari Kanjeng Adipati Pasuruan, bahwa jika ia dibiarkan hidup tentu akan sangat berbahaya bagi kelangsungan pemerintahan di kadipaten Pasuruan.
Sementara itu, Kanjeng Adipati Pasuruan dan Kanjeng Panembahan Senopati memerlukan menengok Ki Rangga Keniten yang dilaporkan telah tewas.
Kanjeng Adipati Pasuruan terkejut sendiri setelah mengetahui keadaan dari Ki Rangga Keniten yang wajahnya hancur. Namun demikian, Adipati Pasuruan tidak boleh larut dalam penyesalan. Direlakannya kematian Ki Rangga Keniten dengan caranya.
Dalam pada itu, Kanjeng Panembahan Senopati dan para prajurit dari Mataram yang berpakaian serba hitam itu dijamu oleh Adipati Pasuruan di keraton Kadipaten.
Dalam kesempatan itu, Kanjeng Adipati Pasuruan menyatakan tetap setia bergabung dengan Mataram. Bahkan Adipati Pasuruan ingin membujuk para adipati di bang wetan untuk tetap setia kepada Mataram.
“Harapan kami tak akan pernah terjadi lagi peperangan antara saudara sendiri yang tidak perlu, Paman Adipati….!” Berkata Panembahan Senopati.
“Tentu saja Kanjeng Panembahan…..!” Jawab Adipati Pasuruan.
Dalam pada itu, Adipati Pasuruan telah menyiapkan kereta kuda beserta saisnya. Kereta yang penuh barang berharga sebagai ganti upeti dari Kadipaten Pasuruan untuk Mataram. Kadipaten Pasuruan memang telah empat bulan tidak pasok upeti ke Mataram.
“Terima kasih Paman Adipati…..!” Berkata Panembahan Senopati setelah menerima upeti tersebut.
Sore hari itu, Panembahan Senopati bersama pasukan Gagak Ireng yang berpakaian serba hitam telah meninggalkan kadipaten Pasuruan. Mereka merasa perjalanannya ke Pasuruan cukup berhasil. Pasukan itu tidak perlu berperang, tetapi telah memenangkan pertempuran. Mereka telah diwakili oleh Ki Gagak Ireng yang tak lain adalah Kanjeng Panembahan Senopati sendiri. Dan kini mereka semakin kagum kepada raja mereka sendiri, Panembahan Senopati. Dalam setiap perang tanding selalu memenangkan pertarungan. Dahulu pernah berperang tanding melawan seorang senopati wanita, Retna Dumilah dari Madiun. Dan sang Panembahan Senopati memenangkan pertarungan. Dan kemudian ketika melayani sang adik ipar, Adipati Pragola, ia pun mampu memenangkan pertarungan. Dan kini melawan Ki Rangga Keniten yang sakti mandraguna. Namun dapat dikalahkan pula oleh Panembahan Senopati.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.