Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(310)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Wajah Sultan Harya Penangsang semakin merah padam. Ia tak mampu me menerima penghinaan seperti ini.
Dengan marah ia berkata lantang; “Aku ingin tahu apakah Hadiwijaya anak Tingkir mampu menahan keris pusaka Kiai Setan Kober ini…..!” Berkata Sultan Harya Penangsang sambil menghunus keris pusaka Kiai Setan Kober.
Sultan Hadiwijaya terkejut karena Sultan Harya Penangsang telah menghunus keris pusaka. Ia tahu persis bahwa keris pusaka itu sangat berbahaya jika sampai menggores kulit, walau hanya sekecil rambut. Keris Pusaka Kiai Setan Kober adalah pemberian dari Kanjeng Sunan Kudus sendiri.
Namun Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya telah bersiaga sepenuhnya. Ia telah membangkitkan segala ilmu yang ia miliki. Baik ilmu kebal maupun ilmu meringankan tubuh serta ajian Rog-gog asem yang mampu menggetarkan pohon asem raksasa jika dihantamkan. Tak terbayangkan jika dihantamkan ke tubuh seseorang.
Ia pun kemudian menghunus keris pusaka pula yang terlihat amat sederhana namun berwibawa, keris pusaka Kiai Carubuk.
Keris pusaka Kiai Carubuk konon merupakan pemberian dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Karena Sultan Hadiwijaya juga merupakan putra siswa dari Kanjeng Sunan Kalijaga.
Konon, keris pusaka Kiai Carubuk adalah salah satu mahakarya dari seorang empu terkenal pada masanya, Empu Supa Mandrangi. Mahakarya lainnya adalah keris pusaka Kiai Sengkelat dan keris pusaka Nagasasra.
Kini keris pusaka Kiai Carubuk telah ditangan Sultan Hadiwijaya dan di tangan Sultan Harya Penangsang tergenggam keris pusaka Kiai Setan Kober.
Kanjeng Sunan Kudus berdebar-debar, jika dua orang yang berilmu sangat tinggi itu benar-benar bertarung di sanggar ini, tentu sanggar ini akan porak poranda. Namun tentu sangat sulit untuk mengendalikan amarah Sultan Harya Penangsang. Oleh karena itu ia mencoba bersiasat.
“Sabar Angger Sultan Hadiwijaya, sabar….! Angger Penangsang, sarungkan kerismu…..! Sarungkan kerismu…..!” Berkata Sunan Kudus sambil menunjuk ke arah Sultan Hadiwijaya yang sepertinya lengah karena diminta bersabar oleh Kanjeng Sunan Kudus.
Namun Sultan Harya Penangsang yang diliputi oleh kemarahan tidak tanggap maksud dari Kanjeng Sunan Kudus itu, ia malah kebingungan. Mengapa Kanjeng Sunan Kudus justru meminta untuk menyarungkan keris. Padahal menurut penilaian dari Sultan Harya Penangsang ini adalah kesempatan yang sangat baik.
“Angger Penangsang…..! Sarungkan keris itu…..! Sarungkan sekarang……!” Perintah dari Sunan Kudus lagi sambil melirik ke arah Sultan Hadiwijaya. Karena saat itu, Kanjeng Sunan Kudus juga melihat kesempatan yang sangat baik untuk ‘menyarungkan’ keris itu ke lambung Sultan Hadiwijaya.
“Cepat sarungkan…..! Sekarang……!” Perintah Kanjeng Sunan Kudus lagi.
Namun yang tidak diduga dan tidak diharapkan sama sekali oleh Kanjeng Sunan Kudus terjadilah. Keris pusaka Kanjeng Kiai Setan Kober benar-benar disarungkan di warangkanya sendiri. Kanjeng Sunan Kudus pun kecewa.
Sultan Harya Penangsang sama sekali tidak tanggap akan maksud dari Kanjeng Sunan Kudus. Maksudnya agar disarungkan di lambung Sultan Hadiwijaya, tetapi justru di sarungkan di warangka miliknya sendiri.
Sultan Harya Penangsang merasa sangat kecewa karena menganggap dicegah oleh Kanjeng Sunan Kudus untuk membunuh Sultan Hadiwijaya yang sudah di depan mata.
Begitu marah, kecewa dan bingung bercampur aduk sehingga tanpa disadari oleh Sultan Harya Penangsang, tiba-tiba ia duduk di kursi yang semestinya diperuntukkan bagi Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya. Kursi yang telah diberi mantram Tadah Kalacakra.
“Angger Penangsang……!” Teriak Kanjeng Sunan Kudus yang tidak sempat mencegah Sultan Harya Penangsang yang sudah terlanjur duduk di kursi itu.
“Ini bukan kursi untukmu…..!” Lanjut Kanjeng Sunan Kudus.
Sultan Harya Penangsang terkejut bukan kepalang setelah menyadari.
……………
Bersambung………..
(@SUN)