Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(532)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Namun selagi mereka berbincang, derap kaki-kaki kuda semakin mendekat. Dan akhirnya tampak para penunggang kuda yang lebih dari sepuluh orang.
Raden Mas Danang Sutawijaya segera mengenali beberapa di antara mereka.
“Oooh….., mereka para utusan dari Menoreh dan Bagelen yang ke Pajang. Begitu cepat mereka tiba…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Apakah kau kenal mereka, Mas Danang…..?” Bertanya Ki Juru Martani.
“Yaa Uwa….., mereka di antaranya yang pernah saya ceritakan ikut mendorong gerobak……!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Ooo….., marilah kita terima di tempat tinggalmu saja…..!” Berkata Ki Juru Martani.
Para penunggang kuda segera berloncatan turun setelah tahu ada beberapa orang yang sengaja menunggu mereka.
Raden Mas Danang Sutawijaya bergegas lari-lari kecil untuk menemui mereka.
Kuda-kuda segera di tambatkan di pepohonan tepi alun-alun yang masih rindang. Mereka kagum setelah melihat alun-alun yang begitu luas dan sudah rapi dan di tengahnya berdiri pohon beringin tua yang rimbun. Alun-alun yang jauh lebih luas dari alun-alun yang terdapat di halaman kadipaten mereka.
“Apakah alun-alun ini dirancang sebagai alun-alun sebuah keraton…..?” Bisik utusan dari Banyumas setelah menambatkan kuda.
“Mungkin sekali karena telatah Mataram sudah diberikan kepada Ki Pemanahan…..!” Jawab utusan dari Menoreh yang berada di sampingnya.
“Marilah Kakang sekalian, dengan senang hati kami menerima kedatangan Kakang semua…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya setelah dekat dengan mereka.
Dan kemudian mereka saling bersalam- salaman.
Mereka kemudian diajak ke pendapa tempat tinggal Raden Mas Danang Sutawijaya.
Sejenak mereka berhenti di bangunan yang sedang dikerjakan dengan bahan baru bata.
Para pekerja sejenak berhenti dan memberi hormat kepada mereka yang baru datang.
Mereka yang baru datang kagum dengan bangunan yang sedang dikerjakan.
“Ini rencananya sebagai gapura utama, dan di sebaliknya akan dibangun sebuah pendapa….!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya menerangkan.
“Gapura yang sangat bagus…..!” Berkata utusan dari Banyumas.
“Aaah….., hanya sebuah gapura sederhana di tengah hutan…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya merendah.
Mereka melihat bahwa corak dari gapura tersebut berbeda dengan gapura-gapura pendapa yang pernah mereka lihat. Bahkan jika sudah jadi pasti akan lebih bagus dari gapura Pajang yang kemarin mereka tinggalkan.
“Betul-betul dirancang sebagai sebuah gapura keraton……!” Batin mereka.
Mereka kagum karena menyaksikan banyak orang yang semuanya sedang mengerjakan banyak bangunan. Namun kebanyakan bangunan dari kayu.
Mereka telah sampai di halaman pendapa tempat tinggal Raden Mas Danang Sutawijaya.
Pendapa joglo yang tidak terlalu besar namun terlihat kokoh kuat dengan ukiran yang berbeda dengan yang pernah mereka lihat.
“Raden…..! Kami jangan diterima sebagai tamu agung….! Kami hanyalah para prajurit utusan yang mampir karena perkenalkan kita sebelumnya…..!” Dalih utusan dari Bagelen.
“Sekedar bisa untuk duduk setelah menempuh perjalanan Panjang……!” Dalih Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka kemudian duduk di pendapa itu dan kemudian saling berkabar keselamatan sesuai adat istiadat yang berlaku. Pendapa joglo tempat tinggal Raden Mas Danang Sutawijaya. Walau joglo itu masih berlantai tanah namun terlihat bersih dan padat rata.
Mereka, para Sepuh ikut menerima mereka pula.
“Kami menjadi tidak enak diterima seperti ini. Kami lebih senang diajak berjalan untuk menyaksikan mereka yang sedang bekerja keras…..!” Berkata utusan dari Menoreh.
“Kami juga ingin mendengar cerita tentang pasewakan di keraton Pajang. Ada perkembangan apa di Pajang…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya yang belum pernah sekalipun menginjakkan kaki ke Pajang semenjak meninggalkannya.
…………
Bersambung……….
(@SUN)
** Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.